Mengenal KPR Sebelum Pengajuan Rumah Subsidi atau Rumah Komersil
Membeli
rumah adalah salah satu keputusan finansial terbesar dalam hidup. Banyak
masyarakat di Indonesia yang akhirnya memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
sebagai jalan untuk mewujudkan kepemilikan hunian. Namun, sebelum mengajukan
KPR, penting sekali memahami dasar-dasarnya, termasuk perbedaan antara rumah
subsidi dan rumah komersil, serta bagaimana cicilan dihitung.
Apa Itu KPR?
KPR
(Kredit Pemilikan Rumah) adalah fasilitas pinjaman dari bank untuk membantu
masyarakat membeli rumah. Pembeli cukup menyiapkan DP (uang muka), lalu
sisanya dibayar secara angsuran bulanan ke bank sesuai tenor (jangka
waktu) yang dipilih, biasanya 10–20 tahun.
Ada dua
jenis KPR yang paling populer:
- KPR Subsidi
- Program pemerintah untuk
masyarakat berpenghasilan rendah.
- Cicilan lebih murah karena
suku bunga ditetapkan tetap (flat).
- Rumah sudah diatur oleh
pemerintah baik dari harga maupun tipe.
- KPR Komersil
- Berlaku untuk rumah
non-subsidi.
- Harga rumah lebih beragam
dan lokasi lebih fleksibel.
- Suku bunga mengikuti
ketentuan bank (fixed beberapa tahun, lalu floating).
Jenis Suku Bunga KPR
🔹 Suku Bunga Flat
- Cicilan bulanan tetap
dari awal hingga akhir tenor.
- Sangat cocok untuk rumah
subsidi.
- Memudahkan perencanaan
keuangan karena tidak ada perubahan angsuran.
🔹 Suku Bunga Floating
- Cicilan bisa naik atau
turun mengikuti suku bunga pasar.
- Biasanya berlaku setelah
periode fixed (contoh: fixed 3 tahun pertama, lalu floating).
- Cocok untuk rumah komersil,
tapi perlu manajemen keuangan yang lebih disiplin.
Simulasi Angsuran KPR Rumah Subsidi
Contoh
rumah subsidi tipe 36/72 dengan harga Rp 166 juta. DP Rp 10 juta, sehingga
plafon kredit menjadi Rp 156 juta.
Dengan
tenor 20 tahun (240 bulan) dan bunga flat subsidi pemerintah, cicilan yang
berlaku adalah:
Keterangan |
Nilai |
Harga Rumah |
Rp 166.000.000 |
DP |
Rp 10.000.000 |
Plafon Kredit |
Rp 156.000.000 |
Tenor |
20 tahun |
Cicilan/Bulan |
Rp 1.070.000 |
👉 Dengan Rp 1 juta-an per bulan,
Anda sudah bisa memiliki rumah subsidi.
Simulasi Angsuran KPR Rumah Komersil
Contoh
rumah komersil tipe 45/90 dengan harga Rp 350 juta. DP 10% = Rp 35 juta,
sehingga plafon kredit Rp 315 juta.
Bank
biasanya memberi bunga fixed 5% di 3 tahun pertama, lalu floating
(mengikuti pasar, rata-rata 10–12%).
Periode |
Cicilan
Per Bulan |
3 Tahun Pertama |
Rp 3.000.000-an |
Setelah 3 Tahun |
Rp 3.800.000 – 4.000.000
(floating) |
👉 Perbedaan utama dengan subsidi
adalah cicilan bisa berubah setelah periode fixed berakhir.
Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?
- Rumah Subsidi → cocok untuk keluarga muda
atau pekerja dengan penghasilan Rp 4–6 juta/bulan. Cicilan lebih
terjangkau, lokasi biasanya di kawasan berkembang.
- Rumah Komersil → cocok untuk Anda yang
menginginkan hunian lebih luas, lokasi strategis, dan fleksibilitas
desain. Namun, cicilan lebih besar dan bisa berubah mengikuti bunga pasar.
Tips Sebelum Ajukan KPR
Sebagai
ahli perbankan, saya menyarankan:
- Pastikan cicilan tidak lebih
dari 30–35% penghasilan bulanan.
- Pilih tenor sesuai
kemampuan, bukan semata-mata agar cicilan kecil.
- Siapkan dana darurat minimal
3–6 kali cicilan.
- Bandingkan penawaran
beberapa bank sebelum memutuskan.
KPR
adalah solusi terbaik untuk memiliki rumah tanpa harus menunggu tabungan
terkumpul penuh. Dengan memahami perbedaan subsidi dan komersil, serta
jenis bunga flat dan floating, Anda bisa menentukan pilihan yang paling
tepat sesuai kemampuan keuangan.
- Rumah subsidi: cicilan Rp
1 juta-an/bulan → stabil dan terjangkau.
- Rumah komersil: cicilan mulai
Rp 3 juta-an/bulan → lebih fleksibel, tapi mengikuti bunga pasar.
📞 Ingin tahu simulasi KPR sesuai penghasilan
Anda?
Segera konsultasikan kebutuhan rumah impian Anda melalui WhatsApp:
👉 0823 7253 3321
Kami siap membantu Anda memilih rumah dan skema KPR terbaik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar